Komhumas – Sebanyak 18 mahasiswa program Modul Nusantara Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM 2) inbound Universitas Islam Bandung memecahkan rekor memainkan 18 Tarian Adat Nusantara secara medley dalam satu panggung. Mereka berkolaborasi dengan 12 seniman dan budayawan Desa Cinunuk, Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Penampilan medley tarian dan kesenian asal daerahnya masing-masing selama 20 menit 22 detik dicatat dalam Original Rekor Indonesia (ORI), Minggu (18/12).
Dalam acara tersebut, 18 kesenian adat nusantara ditampilkan mahasiswa modul Nusantara. Kesenian tersebut antara lain Tari Adat Minang, Tari Adat Mandailing, Tari Adat Toraja, Tari Adat Melayu-Deli, Tari Adat Batak-Toba, Tari Adat Makasar, Tari Adat Lampung Papadun, Tari Adat Kaili, Tari Adat Saman-Aceh, Tari Adat Holmin Papua, Tari Adat Melayu-Riau, Tari Batak-Karo, Tari Adat Dayak, Tari Adat Bugis, Tarian Adat Mandar, Tari Adat Melayu-Jambi, Tari Adat Bugis-Bodo, Tari Adat Toraja-Dalam.
Sementara 12 seni budaya unggulan Desa Wisata Budaya Cinunuk antara lain Padepokan Silat Wora Pusaka, Padepokan Benjang Ciborelang, Rampak Jaipong Bayu Suta, Dalang CIlik Gilang Maulana, Ki Dalang Anom Didin Suhendar DM, Dogdog Margarahayu, Seni Reak Juarta Putra, Kampung Polybag Cibolerang, Kecapi Rahmat Kurnia, Pantun Jenaka Aki Ita, Seni Rajawali Lugay Pusaka Pajajaran, dan Angkulung Mitra Sehati.
Kegiatan pemecahan rekor ini tak lepas dari peran dosen penampu, Wishaguna, S.T., M.M yang menjadi pembimbing kelompok IV Gamifikasi Carita Parahyangan. Beliau menuturkan perumusan kontribusi sosial ini didasarkan pada proses kontinyu yang telah dilakukan selama 3,5 bulan di Desa Cinunuk dari tahapan kebinekaan, inspirasi hingga refleksi yang tidak hanya sekedar kunjungan (site visit) tapi melalui proses identifikasi potensi dan masalah (feel problem) dan pendalaman seni budaya kehidupan serta kehidupan para pelaku seninya (experiencing).
“Berdasarkan hasil diskusi dan pendampingan para narasumber, kami akhir merumuskan beberapa solusi. Konsep Tah Ieu Budaya sebagai branding arah slogan persatuan. Kemudian, rencana kegiatan berupa event kebudayaan karena inilah cara paling efektif menunjukan eksistensinya sekaligus memberi dampak promosi kekayaan potensi desa,” ujarnya.
Beliau berharap, penghargaan ORI dalam bentuk event kolaborasi menjadi strategi pemancing motivasi dan rasa bangga mereka untuk bisa tampil bersama-sama dengan penuh kebanggaan sekaligus modal pengakuan eksistensi mereka. Selain itu menjadi pengukuhan atau pengakuan secara legalitas karya orisinal dan kreatif kami dengan berbagai pihak yg telah berjuang dan berproses selama 3,5 bulan ini.
“Ke depan Gedebage akan tubuh menjadi kota besar, saya berharap kantung-katung budaya ini punya imun, tidak lesu. Melalui event bertajuk Tah Ieu Budaya, bisa menjadi peristiwa momentum persatuan dan mereka membentuk kohesi soaial yaitu kantung-kantung budaya yang dapat bertahan dan berkompetisi di tengah era modernisasi,” ujarnya.
Sementara itu mahasiswa Fakultas Teknik Unisba yang menjadi LO kegiatan, Linda Wardani mengaku senang dan bangga karena bisa terlibat dalam program Modul Nusantara PMM 2 tersebut. Linda mengaku, meskipun pada awalnya dia mengalami hambatan dalam proses komunikasi, namun berkat kerja sama antara berbagai pihak kegaiatan ini bisa berjalan dengan lancar.
“Awalnya saya mengalami kesulitan karena harus mengubungkan dua pihak yaitu pemuda kolaborasi di Cinunuk dan Mahasiswa Modul Nusantara yang berasal dari berbagai daerah. Namun, melalui berbagai tahapan yaitu kebinekaan, inspirasi, dan refleksi, kolaborasi 18 Adat Nusantara dengan 12 Seni Unggulan Desa Wisata Cinunuk ini bisa terealisasikan,” ujarnya.
Kepala Bagian Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional, Dr. Helmi Aziz, S.Pd.I, M.Pd.I., mengatakan pihaknya turut bangga atas raihan penghargaan yang dicapai Pak Wishaguna, S.T., M.M bersama dengan mahasiswa PMM 2. Menurutnya capaian tersebut menjadi suatu prestasi yang turut mengharumkan Unisba sebagai tuan rumah dalam program modul nusantara PMM 2,
“Kami merasa bangga karena Unisba bisa mendapatkan pengharagan melalui program modul Nusantara. Upaya Pak Weisaguna yang aktif saat proses pelatihan, kemudian menciptakan ide-ide kreatif dalam pelaksanaan PMM ternyata mendapatkan sebuah apresiasi dari pihak luar, hal ini tentu menjadi kabar yang menggembirakan,”ujarnya.
Selain, Pak Wishaguna terdapat empat dosen lain yang mengikuti program nusantara PMM2 yakni Mohamad Andri Ibrahim, St., M.E.Sy. dengan judul kegiatan Mahasiswa Program PMM DN berpartsispasi aktif dalam mengenal budaya Jawa Barat dan berkontribusi terhadap perkembangan kebhinekaan di masyarakat, Encep Abdul Rojak, S.H.I., M.Sy (Mahasiswa-mahasiswi Program PMM berpartisipasi aktif dalam membangun kohesi sosial di masyarakat, mengembangkan diri, dan memiliki wawasan kebhinekaan yang baik), Rezi Muhamad Taufik Permana,Se.M.A.B (Mahasiswa dapat mengenal lebih dekat keberagaman budaya serta kehidupan masyarakat sunda dan memiliki jiwa kebhinekaan yang semakin lekat dengan menyelami perjuangan kemerdekaan yang ada di Kota Bandung). Kemudian, Arba’iyah Satriani, S.Pi., Ma (Hons) dengan judul Mahasiswa Memahami kebudayaan yang berkembang di masyarakat dan mampu membangun toleransi antarumat beragama. (Feari)