
KOMHUMAS — Sebanyak 188 mahasiswa Program Studi Profesi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung (FK Unisba) mengikuti kegiatan Pesantren Calon Dokter Angkatan X Tahun Akademik 2024/2025. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, mulai 10 hingga 12 Juni 2025, di Kampus II Unisba, Ciburial.
Kegiatan pesantren ini merupakan program unggulan FK Unisba yang bertujuan membentuk karakter dokter muslim yang tidak hanya kompeten secara akademik dan klinis, tetapi juga beretika dan berakhlak mulia. Hal ini ditegaskan oleh Kepala Bagian Pendidikan Agama Islam, Pesantren dan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (PAIPPK) Unisba, Dr. Parihat, Dra., M.Si. dalam sambutannya saat pembukaan kegiatan.
“Pesantren ini menjadi sarana penanaman nilai-nilai Islam secara berkelanjutan. Tujuannya agar calon dokter memiliki kemampuan praktis dan operasional di bidang agama yang relevan dengan profesi mereka,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa pembekalan dalam pesantren ini mencakup lima aspek utama, yakni ibadah, muamalah, akhlak, dakwah, dan kemampuan membaca Al-Qur’an sesuai kaidah tajwid. Metode pembelajaran dilakukan melalui kelas besar dan tutorial untuk memperdalam pemahaman peserta.
Dekan FK Unisba, Dr. Santun Bhekti Rahimah, dr., M.Kes., MMRS, menyatakan bahwa keunggulan lulusan FK Unisba terletak pada integrasi nilai-nilai keislaman. “Kalau hanya sekadar menjadi dokter kompeten, banyak fakultas lain yang bisa. Tapi yang menjadikan FK Unisba istimewa adalah nilai-nilai 3M (Mujahid, Mujtahid, dan Mujaddid), yang tidak dimiliki FK di perguruan tinggi lain,” ungkapnya.
Menurutnya, pembentukan karakter tidak bisa dilakukan secara instan. Karena itu, FK Unisba menyelenggarakan tiga kali program pesantren, ditambah dengan mata kuliah Pendidikan Agama Islam dari semester 1 hingga 7, serta program pendidikan karakter dokter muslim.
Kegiatan ini secara resmi dibuka oleh Rektor Unisba, Prof. Dr. H. Edi Setiadi, S.H., M.H. Dalam sambutannya, Rektor menekankan pentingnya kesiapan mental dan spiritual dalam menjalani profesi dokter, terutama saat menghadapi masyarakat.
“Masyarakat itu kejam. Benar pun bisa dianggap salah. Karena itu, bekal dari pesantren ini akan menjadi pelindung moral dan etika kalian di dunia nyata,” tegasnya. Ia juga mengingatkan bahwa perilaku lulusan akan terus diawasi oleh masyarakat maupun negara. “Ingat selalu jati diri sebagai dokter muslim lulusan Unisba. Jadilah pribadi yang amanah dan profesional,” pungkasnya.***